Mengucap Syukur

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak kaya…Lalu Dia menunjukkan seorang pria dengan banyak harta, tetapi hidup kesepian, dan tidak memiliki siapapun untuk berbagi.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak cantik…Lalu Dia menunjukkan seorang wanita dengan kecantikan yang melebihi lainnya, tetapi memiliki karakter yang buruk.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia membiarkan aku menjadi tua…Lalu Dia menujukkan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun sedang terbujur kaku, meninggal karena kecelakaan mobil.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak memiliki rumah besar…Lalu Dia menunjukkan sebuah keluarga yang beranggotakan 6 orang, baru saja diusir dari rumah yang kecil sesak…dan terpaksa tinggal dijalanan.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku harus bekerja…Lalu Dia menunjukkan seorang pria, yang tidak bisa menemukan satu pekerjaan pun, karena tidak memiliki kesempatan untuk belajar membaca.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak menjadi orang terkenal…Lalu Dia menunjukkan seseorang yang memiliki banyak sahabat, tetapi semuanya pergi ketika orang itu tidak memiliki harta lagi.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak pintar…Lalu Dia menunjukkan seorang yang terlahir jenius, tetapi dipenjara karena menyalahgunakan kepintarannya untuk kejahatan.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia begitu sabar dengan orang yang tidak bisa bersyukur seperti aku…Dia lalu menunjukkan AlkitabNya…Dia menunjukkan AnakNya, yang telah mengambil alih tempatku di Kalvari.

Aku tahu sekarang betapa besar Ia mengasihiku…Dan itu cukup bagiku.

I TESALONIKA 5:18’Mengucap syukurlah dalam segala hal,sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.’

 

Mengucap-Syukur-Dalam-Segala-Hal-300x300

KEPALA DAN TUBUH

Renungan Harian Rabu, 26 Desember 2012
Ditulis oleh Jap Sutedja

 

Baca: Kolose 1:15-23

Dialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Dialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Dialah yang lebih utama dalam segala sesuatu. (Kolose 1:18)

Bacaan Alkitab Setahun:
1 Yohanes
Dalam sejarah kerajaan Tiongkok, hukuman pancung merupakan pilihan terbanyak dalam melaksanakan hukuman mati. Memisahkan kepala dari tubuh membuat proses kematian cepat dan pasti. Hanya dalam sulap atau film kartun kita bisa menyaksikan kepala terpisah dari tubuh tanpa harus mati.

Dalam menggambarkan hubungan Kristus dengan jemaat-Nya, rasul Paulus menggunakan analogi kepala dan tubuh ini. Kristus adalah kepala, jemaat adalah tubuh-Nya (ayat 18). Mengapa? Karena Kristus adalah gambaran dari Allah sendiri (ayat 15). Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (ayat 16). Segala kepenuhan Allah ada di dalam Dia (ayat 19). Itu artinya, apa yang ada dalam Pribadi Allah, juga dinyatakan dalam Pribadi Yesus Kristus. Untuk dapat hidup berkenan pada Allah, tepatlah jika jemaat meneladani Kristus. Lebih dari itu, Kristuslah yang memungkinkan manusia bisa diperdamaikan dengan Allah (ayat 21-22). Tanpa Kristus, tidak ada orang yang berkenan kepada Allah. Itulah alasan Dia disebut Kepala—oleh karena keutamaan-Nya. Sebagai Kepala, Kristus berhak memimpin dan mengarahkan jemaat-Nya.

Bagaimanakah selama ini kita menempatkan Kristus dalam kehidupan pribadi maupun berjemaat? Ketika kita lebih mementingkan aktivitas rohani daripada membangun karakter sesuai firman Tuhan, Kristus sedang tidak diutamakan. Ketika pengharapan Injil digantikan oleh pengharapan atas kekuatan sendiri, Kristus telah digeser dari tempat-Nya. Tanpa kepala, tubuh mati. Tanpa Kristus, tidaklah mungkin komunitas orang percaya dapat tetap hidup berkenan kepada Allah. Apakah Kristus adalah “Kepala” dalam kehidupan Anda?—JAP

JIKA TUBUH TIDAK LAGI TAAT PADA KEPALA,
KEMUNGKINAN TUBUH SUDAH TERLEPAS DARI KEPALA.

Sumber : Jap Sutedja–http://www.renunganharian.net

NAMANYA YESUS

Renungan Harian Selasa, 25 Desember
Ditulis oleh Joel

 

Baca: Lukas 2:21-24

Ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. (Lukas 2:21)

Bacaan Alkitab Setahun:
2 Petrus; Yudas
Seorang pria bertanya kepada pendetanya, “Apa yang harus saya lakukan agar masuk surga?” Jawaban sang pendeta mengejutkannya, “Anda sudah terlambat. Tidak ada yang dapat Anda lakukan untuk bisa masuk surga.” Dengan gelisah ia bertanya, “Apa maksud Anda, Pak Pendeta? Tidakkah ada sesuatu yang bisa saya lakukan?” Pendeta itu menjawab, “Apa yang harus dilakukan untuk masuk surga telah dikerjakan untuk Anda oleh Yesus, dua ribu tahun silam. Yang perlu Anda lakukan sekarang hanyalah menerima apa yang telah Dia kerjakan bagi Anda. Tidak ada yang bisa Anda tambahkan lagi.”

Nama Yesus berarti “Allah menyelamatkan”. Dan sesuai nama yang diberikan sebelum kelahiran-Nya (lihat Matius 1:21), Dia memang datang ke dalam dunia sebagai jalan keselamatan yang disediakan Allah sendiri. Yesus tidak datang untuk merintis sebuah agama atau membangun sebuah tradisi. Dia datang untuk memulihkan hubungan manusia dengan Allah. Dia juga disebut Kristus (lihat ayat 11), yang berarti Sang Mesias, Yang Diurapi. Dia disebut Imanuel, yang berarti: Allah menyertai kita (Matius 1:23).

Yang terbaik dari Natal adalah Yesus. Sia-sialah segala perayaan tanpa kehadiran-Nya. Melalui kelahiran Yesus, kita mendengar Allah berkata: “Anakku, tidak ada yang dapat kau lakukan untuk membereskan masalahmu. Sebab itu, Aku sendiri yang akan menolongmu. Aku datang untuk menggantikan rasa frustrasimu dengan kedamaian, kesalahan-kesalahanmu dengan pengampunan, kegelisahanmu dengan pengharapan yang pasti. Maukah engkau memercayai-Ku sepenuhnya?” Bagaimana kita meresponi kasih karunia-Nya ini?—JOE

TIDAK ADA USAHA YANG DAPAT MEMBAWA KITA KEPADA ALLAH.
YANG DAPAT KITA LAKUKAN ADALAH MENERIMA ANUGERAH-NYA.

Sumber : Joe-http://www.renunganharian.net

USAHA YANG KELIRU

Baca: 2 Petrus 1:1-11

Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh … (2 Petrus 1:3)

Bacaan Alkitab Setahun:
2 Timotius
Pernahkah Anda berandai-andai bahwa hidup Anda akan lebih baik jika hal tertentu Anda miliki? Andai aku memiliki pekerjaan tertentu … andai aku punya banyak uang … andai aku menemukan orang yang tepat … andai aku dikaruniai tubuh yang indah … andai jabatanku naik …. Ini adalah pergumulan semua orang. Kita berusaha mencari sesuatu yang akan memenuhkan hidup kita, yang akan menyelamatkan kita dari segala belitan masalah.

Bagaimana kita menanggapi kata Alkitab bahwa segala sesuatu yang kita perlukan untuk hidup sudah dikaruniakan pada kita? (ayat 3). Mungkin itu membuat kita bertanya-tanya. Tuhan, aku sudah lama mengikut-Mu, mengapa aku merasa hidupku masih begini-begini saja? Masalahnya mungkin terletak pada definisi kita tentang hidup. Rasul Petrus menjelaskan bahwa hidup yang berhasil itu tidak ada hubungannya dengan tren dunia, tetapi bagaimana kita dibentuk makin serupa dengan kodrat ilahi (ayat 4). Keberhasilan adalah makin siap menjadi warga kerajaan kekal dari Tuhan sendiri (ayat 11). Dan oleh kasih karunia Tuhan, semua yang kita butuhkan untuk itu telah disediakan di dalam Yesus Kristus (ayat 2-3). Yesus membebaskan kita dari dosa, dan memungkinkan kita mengejar hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup ini (ayat 5-9).

Mungkinkah selama ini kita mencari “Juru Selamat” di tempat yang keliru? Kita mencarinya dalam pekerjaan kita, dalam diri pasangan kita atau sosok pemimpin kita, dalam kepemilikan harta benda kita, dalam pencapaian, bahkan dalam kecanduan kita. Segala sesuatu telah disediakan Allah di dalam Kristus, Sang Juru Selamat dunia. Sudahkah Anda datang kepada-Nya?—JOE

SEGALA YANG DIBUTUHKAN UNTUK HIDUP YANG BERHASIL
TELAH DISEDIAKAN ALLAH DI DALAM YESUS, JURU SELAMAT DUNIA.

Sumber : Joel-http://www.renunganharian.net

618-me-and-jesus-is-enough

DIA MENYUSAHKANKU

Renungan Harian Minggu, 23 Desember 2012 00:00

Ditulis oleh Melody Tjan

 

Baca: Matius 2:16-18

Ketika Herodes tahu … ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya. (Matius 2:16)

Bacaan Alkitab Setahun:
Ibrani 11-13
Anak itu bernama Gerhard Herbert Kretschmar. Usianya lima bulan, lahir buta, tangan kakinya tidak sempurna. Ia adalah korban praktik eutanasia pertama atas perintah pribadi Adolf Hitler pada dokter pribadinya. Setelahnya, tercatat lebih dari 200.000 penyandang cacat yang dibunuh dalam kurun waktu tahun 1939-1945. Mereka dipandang tidak berguna, tidak pantas untuk hidup. Dengan kemajuan teknologi medis, tak hanya mereka yang terlahir cacat, anak-anak dalam kandungan yang berpotensi cacat pun kini banyak dibunuh dengan praktik bernama keren: aborsi. Anak sehat pun banyak diaborsi karena orangtuanya tidak siap atau tidak mau membayar harga untuk mengasuhnya.

Bertentangan dengan rencana pribadinya; berpotensi menyusahkan hidupnya; tidakkah keegoisan ini yang juga menggerakkan Herodes untuk memerintahkan pembantaian massal anak-anak di Betlehem? Ia tidak mau ambil risiko. Pengganggu itu harus disingkirkan. Berapa pun harga yang harus dibayar. Siapa pun yang harus dikorbankan. Rencana agung Allah Yang Mahatahu tidak gagal karenanya. Namun, seisi Betlehem meratap. Dan Herodes sendiri tak pernah berjumpa dengan Sang Mesias.

Apakah Anda ngeri melihat keegoisan Herodes, Hitler, dan para orangtua yang berusaha menyingkirkan para “penghambat” hidup mereka? Bagaimana dengan keegoisan kita sendiri? Menghalalkan segala cara untuk menyelesaikan masalah bisa menjadi solusi yang menggoda ketika kita merasa Tuhan memperlambat bahkan menghambat hidup kita dengan banyak masalah. Janin yang cacat, pasangan yang sulit, dan sebagainya. Tanpa disadari, kita mungkin sedang melewatkan hal-hal terbaik dari-Nya.—MEL

HAL-HAL YANG KITA ANGGAP SEBAGAI PENGHAMBAT
DAPAT MEMBAWA KITA MENGALAMI TUHAN DENGAN LEBIH HEBAT.

Sumber: Melody Tjan-http://www.renunganharian.net

 

PANGGILAN ISTIMEWA

Baca: Lukas 2:15-20

Tetapi Maria menyimpan segala perkataan itu di dalam hatinya dan merenungkannya. (Lukas 2:19)

Bacaan Alkitab Setahun:
Ibrani 7-10
Kita hanya bisa menduga-duga apa yang berkecamuk di pikiran Maria pada malam kelahiran Yesus (ayat 19). Ibu mana pun tentu bergumul jika harus meletakkan anaknya di dalam tempat makan hewan. Sangat mungkin Maria berteriak dalam hati: Tuhan, belum cukupkah semua yang kualami? Setelah sembilan bulan yang sulit menghadapi keluarga dan tetangga, calon suami yang nyaris meninggalkanku; setelah lima hari perjalanan dengan perut buncit, setidaknya aku berharap Engkau akan menyediakan tempat yang nyaman untuk kami tinggali. Tuhan menjawabnya dengan mengirimkan tamu tak diundang: beberapa pria dengan aroma kambing domba melihatnya berusaha menyungging senyum di tengah sakit usai melahirkan.

Melahirkan Sang Juru Selamat tak berarti Maria bebas dari kesibukan yang melelahkan sebagai seorang ibu. Namun, dari ceritanya kepada penulis Injil Lukas, tampaknya ia selalu ingat bahwa apa yang dilaluinya adalah sebuah panggilan (lihat 1:30-31). Cerita para gembala meneguhkannya (ayat 11). Semua yang ia alami bukanlah sebuah kebetulan, apalagi kecelakaan. Tuhan telah memilihnya untuk tugas melahirkan dan membesarkan Yesus di dunia.

Ya, menjadi seorang ibu adalah sebuah panggilan. Merawat dan melahirkan karya Tuhan, membesarkannya untuk menggenapi rancangan Tuhan. Betapa istimewa! Di Hari Ibu ini, mari doakan para ibu yang kita kenal dan kasihi agar diberi hikmat dan kekuatan dalam menjalankan panggilan-Nya. Beri peluk hangat dan semangat agar mereka selalu ingat bahwa tugas istimewa mereka itu adalah pemberian Tuhan. Dan, Dialah yang akan memampukan mereka hari demi hari!—ELS

SETIAP IBU MENGEMBAN TUGAS ISTIMEWA:
MELAHIRKAN KARYA TUHAN DAN MENOLONGNYA BERTUMBUH BAGI TUHAN.

Sumber :  Elisabeth Chandra-http://www.renunganharian.net

mary-baby-jesus1

WAKTU TUHAN MENCIPTAKAN SEORANG IBU

Waktu Tuhan menciptakan seorang ibu, Ia bekerja ‘overtime’ pada hari ke-6.

Seorang malaikat menghampiri Tuhan dan berkata lembut: “Tuhan, banyak nian waktu yang Tuhan habiskan untuk menciptakan ‘ibu’ ini?”

Dan Tuhan menjawab pelan: “Tidakkah kau lihat perincian yang harus dikerjakan? Ibu ini harus terbuat dari bahan yang bisa dicuci tapi bukan dari plastik. Harus terdiri dari 200 bagian yang lentur, lemas, dan tidak cepat capai. Ia harus bisa hidup dari sedikit teh kental dan makanan seadanya.. Memiliki telinga yang lebar untuk menampung keluhan, memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan kaki yang keseleo, lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah dan enam pasang tangan!!!”

Malaikat itu menggeleng-gelengka n kepalanya: “Enam pasang tangan…?”

“Tentu saja! Bukan tangan yang merepotkan melainkan tangan yang melayani sana sini, mengatur segalanya menjadi lebih baik….”, balas Tuhan.

“Juga tiga pasang mata yang harus dimiliki seorang ibu.”

“Bagaimana modelnya?” malaikat semakin heran.

Tuhan mengangguk-angguk: “Sepasang mata yang dapat menembus ‘pintu’ yang tertutup rapat dan bertanya ‘Apa yang sedang kau lakukan di di dalam situ?’ padahal sepasang mata itu sudah mengetahui jawabannya. Sepasang mata kedua sebaiknya diletakkan di belakang kepalanya, sehingga ia bisa melihat ke belakang tanpa menoleh. Artinya, ia dapat melihat apa yang sebenarnya tak boleh ia lihat. Dan sepasang mata ketiga untuk menatap lembut seorang anak yang mengakui kekeliruannya. Mata itu harus bisa bicara! Mata itu harus berkata ‘Saya mengerti dan saya sayang padamu!’ meskipun tidak diucapkan sepatah kata pun..”

“Tuhan,” kata malaikat itu lagi, “istirahatlah!”

“Tidak bisa! Saya sudah hampir selesai. Ia harus bisa menyembuhkan diri sendiri kalau ia sakit. Ia harus bisa memberi makan 6 orang dengan satu setengah ons daging. Ia juga harus menyuruh anak umur 9 tahun mandi pada saat anak itu tidak ingin mandi.

” Akhirnya, malaikat membalik-balikkan contoh ibu dengan perlahan. “Terlalu lunak!” katanya memberi komentar.

“Tetapi kuat!” kata Tuhan bersemangat. “Tak akan kau bayangkan betapa banyaknya yang ia bisa tanggung, pikul dan derita!”

“Apakah ia dapat berpikir?” tanya malaikat lagi.

“Ia bukan saja dapat berpikir, tapi ia juga dapat memberi gagasan, ide dan berkompromi,” kata Sang Pencipta.

Akhirnya malaikat menyentuh sesuatu di pipi: “Eh, ada kebocoran di sini!”

“Itu bukan kebocoran,” kata Tuhan, “Itu adalah tempat air mata”.

“Untuk apa air mata?” tanya malaikat lagi..

Tuhan menjawab, “Air mata adalah cara untuk ibu mengekspresikan kesenangannya, kesedihannya, kekecewaannya, kesakitannya, kesepiannya, kesulitannya dan kebanggaannya.”

“Tuhan memang ahlinya…”, malaikat berkata pelan.

Air mata seorang ibu kadangkala sangat sulit untuk diekspresikan. Kadang itu adalah air mata kekecewaan, kadang air mata sukacita. Kadang air mata kemarahan, kadang air mata luapan perasaan haru ataupun air mata kesenangan yang luar biasa. Air mata ibu adalah kelemahan sekaligus kekuatannya. Dengan linangan air mata dan doa seorang ibu yang tidak putus, kita semua dibesarkan…

🙂

HAPPY MOTHER’S DAY

 

 

525010_497932393580390_152521575_n

Sadarkah Tindakan Kecilmu Berpengaruh Besar

-Renungan-
Ada seorang anak kecil yang sedang mempersiapan bekal saat semua orang sedang terlelap tidur. Anak kecil itu ingin sekali bertemu dengan Tuhan, dan untuk menemuinya, dia berpikir bahwa perjalanan yang ditempuh cukup panjang.

Anak kecil itu membawa beberapa potong roti dan 2 botol susu cokelat kesukaannya. Anak itu menunggu fajar untuk memulai perjalanannya.

Dalam perjalanan, dia melihat ada seorang kakek tua duduk di taman sambil memberi makan burung. Anak itupun mendekat dan duduk disamping lelaki tua itu.

Saat anak kecil itu mngeluarkan roti, lelaki tua itu hanya menatapnya. Lalu anak kecil itu menawarkan rotinya pada lelaki tua itu. Dia tersenyum lebar saat menerima pemberian itu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Senyum lelaki tua itu sangat luar biasa sehingga menarik perhatian anak ini. Anak kecil itu menjadi lebih bisa menikmati bekalnya. Karena sangat senang, anak kecil itu menawarinya sebotol susu.

Lelaki tua itu menyambutnya dengan senyum yang istimewa. Senyum yang indah.

Saat matahari akan tenggelam, mereka berdua beranjak pulang. Sebelum melangkahka kakinya lebih jauh, anak kecil itu berbalik dan memeluk lelaki tua itu. Hanya senyuman lebar tanpa kata yang lelaki tua itu berikan.

Setibanya di rumah, ibu anak kecil itu merasa heran melihat anaknya sangat gembira dan tanpa ditanya anak itu berkata, “Bu, hari ini saya makan siang bersama Tuhan di taman. Senyumnya sangat indah, senyum yang belum pernah aku lihat selama ini.”

Sebaliknya, saat lelaki tua itu tiba di rumah, dia bercerita dengan keluarganya, “Hari ini aku makan roti dan minum sebotol susu bersama Tuhan di taman. Dan ternyata dia sangat muda dari yang kuduga.”

Kadang kita tidak pernah menyadari bahwa senyuman, perkataan, perhatian kecil, dan pemberian yang tulus itu sangat berarti bagi orang lain. Semua hal itu dapat mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik.

So mulai hari ini jangan galak2 .. jangan jutek2 .. tersenyum & bagiin kasih Tuhan ke orang2 yang kamu temui 🙂

—————————————————————————————————————————————————————–
409535_2307468586078_1830238706_1421839_1684832799_n

Amsal 15:1. Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.

Amsal 15:18. Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan.

 

sumber : yesHEis.com Indonesai

Jadilah Tenang

Alkisah pada suatu hari .. saat para penambang sedang menggali, tiba-tiba aliran listrik terputus dan semua lampu menjadi padam. Mereka tidak dapat melihat apa-apa. Kepanikan pun terjadi di antara mereka, beberapa orang berusaha menyelamatkan diri dengan berlari tetapi usaha tersebut sia-sia, mereka hanya menabrak dinding terowongan tersebut karena kegelapan begitu pekat sehingga mere

ka tidak tahu arah yang dituju. Mereka berteriak-teriak dan berlari kesana kemari, dan usaha itu pun gagal.

Mereka semua merasa kelelahan, duduk terkulai dan merasa tidak ada harapan. Tetapi tidak lama kemudian seseorang diantara mereka mengatakan “Lebih baik kita semua duduk tenang dan berusaha merasakan hembusan angin. Kita tahu bahwa angin hanya bisa masuk melalui pintu tambang ini.” Mereka pun duduk dengan tenang, pada awalnya mereka kesulitan untuk merasakan angin dan tidak merasakan apa-apa. Tetapi lama kelamaan mereka menjadi lebih peka dan mulai merasakan hembusan angin. Semakin mereka menenangkan hati dan pikiran mereka, semakin mereka merasakan hembusan angin yg bertiup dari pintu tambang. Akhirnya mereka semua dapat menemukan pintu tambang tersebut dan dapat keluar dari sana.

Kehidupan kita di dunia ini tidak jauh berbeda dengan para penambang tersebut. Di sela-sela kehidupan kita,terkadang kita mengalami saat saat dimana kita mengalami kepanikan, keputusasaan bingung dan menjadi gelisah saat datang kesulitan dan pencobaan. Jiwa kita merasakan kepenatan yang luar biasa, dan jalan keluar tidak kunjung ada. Hanya ketika kita mencari Tuhan jiwa kita menjadi tenang. Rasakan lebih dalam bisikan Tuhan, Dia membimbing kita ketika dalam pencobaan, dan kita akan mendapatkan pemecahan atas masalah yang kita hadapi.

Duduklah dengan tenang di kaki Tuhan, pejamkan mata dan berdoa, Tenanglah jiwaku dalam naungan sayapMu. Yes 30:15 “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.”

——————————————————————————————————————————————————————–

keep_calm_and_pray_on_postcard-p239136707443276779z85wg_400

I Petrus 4:7. Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.

 

sumber : yesHEis.com Indonesia

 

Tuhan Tak Pernah Meninggalkan Kita

-Kisah-

Roni Bersama ayahnya sangat suka berpergian bersama. Bagi Roni bepergian bersama ayahnya adalah momen terbaik karena mereka bisa bercerita banyak di mobil, masa muda ayahnya dapat iya dengarkan ketika mereka bersama. Beliau seak

an tidak pernah kehabisan akal untuk menceritakan berbagai hal menarik.

Suatu hari Roni dan ayahnya berkendara menuju sebuah tempat dengan mengendarai mobil, Roni lah yang mengemudikan mobil tersebut. Di tengah perjalanan mereka, terlihat awan kelam menyelimuti langit dan angin kencang. Langit semakin gelap dan awan bertiup kencang kemudian turun hujan yang sangat lebat, badai itu begitu hebat. Terlihat beberapa kendaraan mulai menepi, Roni dengan wajah gelisah bertanya kepada ayahnya “Ayah apakah kita juga menepi?” “Teruslah mengemudi” jawab ayahnya dengan singkat. Roni terus mengemudi, angin semakin kencang dan pohon-pohon mulai tumbang suasana semakin menakutkan, terlihat mobil-mobil besar mulai menepi. Roni bertanya lagi kepada ayahnya “Ayah bagaimana ini?” tanyanya dengan resah. “Teruslah mengemudi” sahut ayahnya dengan terus melihat kedepan. Hujan semakin deras, jarak pandang semakin sulit untuk melihat dan angin begitu hebat mengguncang mobilnya.

Roni berusaha mengemudikan mobilnya dengan perlahan, setelah beberapa kilometer cuaca mulai membaik dan hujan sudah berhenti dan akhirnya mereka sampai di daerah yang kering dan matahari bersinar. “Sekarang kalau kau mau berhenti dan keluar silahkan” kata ayahnya sambil tersenyum. “Kenapa sekarang?” tanya Roni heran. “Agar kau bisa melihat keadaan dirimu seandainya kamu berhenti di tengah badai”. Roni pun keluar dari mobil dan melihat dibelakangnya badai terus berlangsung, ia teringat mobil-mobil yang berhenti disana. “Jangan pernah berhenti walaupun di tengah badai”

Dalam menjalani hidup ini, kita selalu ditemani olah Bapa sorgawi dan terus menyertai kita dalam kesulitan. Bapa memberikan kita tangannya untuk mendampingi kita. Sebesar apapun masalah anda, teruslah berjalan menghadapi itu karena ada Bapa yang mendampingi kita semua. Percayalah di depan sana terdapat cahaya dan suasana tenang yang menanti.

Tanpa badai hidup kita tidak dapat memahami arti mengandalkan Tuhan dalam segala keadaan

182298_496713360368960_1042261192_n
———————————————————————————————————————————————————————-
Filipi 4:13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.